Minggu, 14 Juni 2015

Roemahkoe Heritage Hotel di Solo


Solo, 14 Juni 2015 : Laweyan sejak seabad yang lalu sampai sekarang dikenal sebagai pusat pembuatan batik di Solo. Banyak saudagar batik tinggal di kecamatan ini, salah satunya adalah Pusposumarto.

Rumahnya yang dibangun pada 1938 kemudian dibeli oleh Krisnina Maharani (baju putih), istri politisi Akbar Tandjung, pada 1997.

Rumah di atas lahan 2000 meter persegi ini kemudian dijadikan hotel pada 2000.

“Tidak ada bangunan yang diubah, semua masih seperti aslinya. Hanya fungsi ruangannya saja yang diubah, dari kamar pribadi menjadi tempat menginap para tamu. Hampir semua mebelnya juga asli,” cerita Nina Tandjung di Roemahkoe, nama hotelnya di Jalan DR. Radjiman 501. 

Di belakang hotel yang memiliki 14 kamar ini terdapat sebuah jalan kecil di mana kita dapat melihat para pengrajin melukis berbagai motif batik.

Pintu masuk. "Rumah tempo dulu sangat mengindahkan iklim dan karakter lokal masyarakat. Pertahankan bangunan tua di kota anda, sebab dari bangunan itu kita punya sejarah masa lampau yang sesungguhnya membelajarkan kepada kita kedepan," jelas Nina Tanjung.



Lobi. Lobi hotel yang sangat kental dengan nuansa arsitektur Jawa.
Dinding-dinding hotel ini dihias lukisan, cermin, dan pernak-pernik lain bernuansa etnik Jawa klasik. Salah satu dindingnya dihias 30 piring keramik yang masing-masing dihias lukisan seorang dewa pelindung bagi setiap wuku. Wuku adalah waktu di mana sistem perhitungan pancawara (pasaran) dan saptawara (pekan) bertemu.

Pancawara terdiri dari lima hari (Paing, Pon, Wage, Kliwon dan Legi) dan saptawara terdiri dari tujuh hari. “Ini zodiak versi Jawa,” ujar Nina yang lahir di Solo dan pada 10 Mei 2015 meluncurkan buku karyanya, Keraton Kasunanan Kisah Kebangsaan Dari Solo.

Wuku. "Ini horoskop atau zodiac Jawa yang lazim disebut wuku.. dan populer menjadi primbon. yang jelas ini bukan ramalan watak tapi informasi kitab Jawa tentang watak manusia berdasarkan tanggal kelahiran (wuku)" (Nina Tanjung).



Sambutan ramah khas putri Solo. Para tamu yang lahir pada tahun 1920 -1930an ini disambut ramah oleh pemilik hotel.

Reunian kawan lama. Nina Tanjung bersama penulis.
Pada dinding lain dihias foto-foto peristiwa bersejarah dan tokoh-tokoh seperti Presiden Sukarno dan Kyai Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam yang lahir di Laweyan pada 1868.

Organisasi ini membela kepentingan pedagang batik pribumi yang diperlakukan tidak adil oleh pemerintah kolonial Belanda. Sarekat Dagang Islam berkembang pesat ke berbagai daerah dan berubah menjadi Sarekat Islam. Haji Oemar Said Tjokroaminoto kemudian bergabung menjadi tokoh Sarekat Islam yang dikenal gigih melawan penjajah Belanda.

Foto dan pengarah gaya : Endro S. Markam.

Tidak ada komentar: